MUSIK+ – Musisi Legendaris Indonesia Enteng Tanamal merilis buku biografi sekaligus merayakan ulang tahun yang ke-81 di Perpustakaan Nasional, pada Kamis (9/10).
Tak hanya sekedar buku biografi, tetapi buku yang berjudul ” Memahami Hak Cipta dan Tata Kelola Royalti Dalam Industri Musik Indonesia” ini juga menjadi tonggak sejarah tentang lahirnya Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yang pertama di Indnesia, yaitu LMK KCI.
Selain itu dalam buku tersebut juga berisi edukasi pemahaman tentang tata kelola royalti musik di Indonesia.
“Ya, buku ini tak hanya mengisahkan perjalanan bermusik saya, tetapi juga berisi tentang bagaimana seharusnya mengelola royalti berdasarkan pengalaman nyata, bukan teori, Belakangan banyak ribut-ribut ssoal royalti kan, nah itu karena ada kesenjangan antara pencipta lagu dan penyanyi atau pemusik,: kata Enteng Tanamal di Jakarta, pada Kamis (9/10).
Lebih lanjut Enteng Tanamal menambahkan, buku ini juga bermanfaat bagi media, biar nggak asal tulis tanpa sumber yang jelas. Kita lihat faktanya banyak pencipta yang sudah tua-tua, ada yang sudah meninggal dan meninggalkan ahli waris, mereka semua berharap dengan adanya royalti ini. Kalau yang muda dan lagi ngetop sih mungkin kurang peduli ya, tetapi untuk yang sudah tua-tua ini kan sangat dibutuhkan sekali,” lanjut Enteng.
Enteng Tanamal juga mengatakan bahwa penghargaan atas karya-karya dari pencipta lagu masih minim sehingga banyak pencipta lagu yang hidupnya memprihatinkan. Menurutnya kalau penyanyi dan pemusiknya masih lumayan.
“Seperti kita tau dan rasakan ya, dulu pencipta lagu itu karyanya dihargai 25 ribu per lagu, itupun jual putus. Jadi lagu mau diapain saja sama produser dia sudah tidak dapat apa-apa lagi. Tapi kalau pemusiknya masih lumayan lah, bisa daet ratusan ribu, apalagi penyanyinya, kalau lagunya meledak dipasaran bisa dapat juta-jutaan. Nah, sekali lagi buku ini bisa jadi panduan bagaimana kita mengelola royalti musik berdasarkan kenyatan. Semoga bermanfaat buat perbaikan tata kelola royalti di Indonesia ” kata Enteng Tanamal lagi.
Selain menekankan tentang tata kelola royalti musik, bukuTrilogi Kehidupan Enteng ini juga banyak mengisahkan bagaimana perjalanan bermusik Enteng Tanamal, dari mulai mendirikan organisasi musik pertama yaitu Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPPRI), dan perjalanan bermusik lainnya.
Salah satu diva Indonesia yang yang hadir dalam acara tersebut mengaku terkesan dengan kiprah Enteng Tanamal. Ia menyebut bahwa sosok Enteng Tanamal adalah orang yang membantu dalam mengawali karirnya.
“Dulu ada ajang yang namanya Asia Bagus, acara itu diadakan di Singapura, nah saya adalah salah satu pesertanya karena harus pergi keluar negeri, maka Om Enteng lah yang pertama kali membuatkan paspor saya,” kenang Krisdayanti.
Lebih lanjut Kridayanti menambahkan bahwa diajang Asia Bagus yang pertama itu Enteng Tanamal jadi juri, dan dirinya menjadi pemenangnya.
“Di ajang Asia Bagus yang pertama itu Om Enteng jadi juri mewakili Indonesia, kebetulan saya yang menang. Waktu itu saya membawakan lagu judulnya “Learning From Love cipaan Tengku Malinda,” lanjut Krisdayanti.

Menbud Fadli Zon Saat Menghadiri Launching Buku Biografi Enteng Tanamal
Dalam peluncuran buku dan perayaan ulang tahun tersebut, tak anya dihadiri oleh kerabat atau teman deket Enteng Tanamal saja, tetapi ada dari kalangan pemerintahan.
Dari kalangan Pemerintahan ada Menteri Kebudayaan Fadly Zon dan jajarannya, dalam sambutannya Fadly Zon mengatakan,
“Selamat ulang tahun ke-81 untuk Bang Enteng. Buku ini hadir di waktu yang tepat. Dunia musik kini berubah cepat karena digitalisasi aturan juga harus menyesuaikan. Kita tak bisa terus bernyanyi di masa depan dengan partitur masa lalu,” ujar Fadli.
Ia menambahkan, musik kini tak lagi sekadar hiburan, tapi juga sumber ekonomi budaya.
“Negara-negara seperti Korea menjadikan musik sebagai diplomasi budaya. Indonesia juga bisa asal sistemnya berpihak pada pencipta, bukan hanya penikmat.” tambahnya.
Hadir dari kalangan artis tampak hadir Kris Dayanti, Nia Daniati, Ermy Kulit, Vonny Sumlang, Andre Hehanusa, Obbie Mesakh, Chandra Darusman, Dwikki Dharmawan, Lisa A Riyanto, Reynold Panggabean dan masih banyak lagi.