Tantowi Yahya Ingin Musik Country Punya Ajang Tahunan Seperti Java Jazz

Oleh : Irish Blackmore

MUSIK+ – Gelaran musik tahunan Country Music Club of Indonesia (CMCI) memang sempat madeg untuk beberpa waktu.  Bukan hanya pagelarannya saja yang madeg, namun juga regenerasinya yang tersendat.

Hal itu diakui presiden CMCI  Tantowi Yahya disela-sela acara  October Bash yang digelar di Bandung, pada Sabtu (13/10/25).

“Di Indonesia musik country masih identik dengan orang tua, gunung, dan ndeso. Jadi, anak muda enggak mau, apalagi generasi Z. Padahal, di luar negeri, musik country berkembang seperti musik lain, karena kemasannya berbeda,” kata Tantowi pada 1st Annual Country Music Gathering October Bash di Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih, Kota Bandung, Sabtu, 11 Oktober 2025.

Tantowi menambahkan, di Indonesia, stigma musik country itu koboi dan orang-orang tua. “Pelan-pelan kami ubah,” kata Tantowi  Tantowi menyebutkan, salah satu wujud regenerasi musik country di Indonesia lahir dari Bandung melalui band Crossroads yang personelnya berusia 17-24 tahun.

Kemudian, komunitas country line dance juga sudah mulai masuk ke anak muda. Biar bagaimana pun, kata Tantowi, generasi penerus harus diisi anak muda.

“Regenerasinya pelan-pelan, karena memang enggak mudah. Akan tetapi, saya optimistis, musik country di Indonesia akan terus beregenerasi. Soalnya untuk memperbesar dan memperpanjang umur satu genre harus melibatkan anak muda, karena mereka yang akan meneruskan,” lanjut Tantowi.

Menurut Tantowi, CMCI akan meneruskan yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya, masuk ke sekolah, seperti sekolah dasar, kemudian CMCI tampil. Selain itu event-event kecil di daerah akan dihidupkan lagi.

“Dengan cara yang persuasif, divisi pendidikan CMCI akan kasih coaching. Tak hanya praktik musik country, tapi juga teori-teori musik country dan line dance. Kami akan pakai Crossroads sebagai peluru CMCI, karena mereka masih muda dan menjadi penerus kami untuk masuk ke anak muda,” sambung Tantowi.

Ciri khas Indonesia  Selain regenerasi, tantangan lain yang dihadapi CMCI adalah menciptakan musik country berciri khas Indonesia. Seperti Australia yang sukses menciptakan musik country ala Australia dengan memakai instrumen tradisional didgeridoo. Begitu pula dengan Meksiko dan Prancis yang memiliki warna musik country sendiri.

“Kami sedang mencari bagaimana musik country Indonesia. Saya sendiri, sebagai musisi belum mendapatkan rekognisi bagaimana musik country Indonesia,” ujar Tantowi.

Sebagai wadah penggiat, pemerhati, dan penyuka musik country, 1st Annual Country Music Gathering menjadi momentum penting bagi perjalanan CMCI untuk mengawali perhelatan tahunan para musisi, pecinta, penikmat, dan aktivis musik country di Indonesia.

Tantowi menegaskan, CMCI bukan sekadar kumpulan penggemar musik country. Akan tetapi, mereka membina persaudaraan dan menjalin silaturahmi. Kendati dihuni ratusan anggota yang terdiri atas lintas agama, ras, budaya, dan suku, tapi mereka disatukan oleh musik country.

Dengan kembalinya CMCI, kata Tantowi, kegiatan musik country, baik panggung, pendidikan, dan aktivitas sosial akan kembali hidup dan menggeliat.  Tantowi mengaku, mimpinya membuat festival musik country, seperti jazz dengan Java Jazz Festival. Jadi, setiap tahun, para pencinta musik country dan musik pada umumnya akan menantikan acara tersebut.

“Penginnya diadakan setiap bulan Oktober, makanya namanya October Bash. Tahun depan, bikinnya tetap di Bandung atau kota lain, yang pasti tiap tahun ada October Bash,” ujar Tantowi./Ib.

+ Bagikan

Lainnya Dari Musikplus